Hadirnya Sang Ulama Pendekar Aswaja dari Jember

 

Pada Jumat malam (10/12/21), Pondok Pesantren Dar El Wihdah menerima kedatangan tamu agung, seorang kyai ‘allaamah  yang digelari dengan pendekar aswajanya Indonesia, yaitu KH Idrus Ramli dari Jember.

 Beliau rawuh ke Dar El Wihdah untuk mengisi kajian tentang ‘Sejarah Aswaja di Bumi Nusantara” yang diselenggarakan oleh pengurus ponpes bersama jamaah majlis kajian Ikrom Sragen. Acara dihadiri oleh para kyai, asatidz, santri putra maupun putri beserta jamaah majlis kajian Ikrom di aula komplek Pondok Putri Dar El Wihdah kampus II dan dimoderatori oleh Gus Azim Halim, Lc. 

 


 

Acara berlangsung cukup meriah dengan diskusi hangat antara pemateri dengan majlis hadirin. Diantara point-point  yang beliau sampaikan di dalam majlis :

1.       Islam telah masuk ke Nusantara sejak zamannya Sayyidina Utsman (khalifah ketiga) dengan ditandainya petilasan makam sahabat di Aceh. Di Aceh juga terdapat makam seorang raja bernama Sultan Malikussaleh (w.696 H), seorang sultan muslim pertama di kerajaan Samudera Pasai yang shalih bermadzhabkan ahlus sunnah wal jamaah, secara aqidah mengikuti Al-Asy’ari, dan secara fikih/hukum islam mengikuti  Asy-Syafi’i. Sultan tersebut memeiliki karamah yang luar biasa yang masyhur di kalangan orang Aceh.

2.       Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah yang mengikuti sunnah Nabi serta memiliki jamaah yang besar (mayoritas). Madzhab Al-Asy’ari dan Al-Maturidy dalam aqidah mewakili dalam hal ini, dan yang secara fiqh mengikuti 4 madzhab yaitu : Al-Hanafi, Al-Maliki, Asy-Syafi’i, Al-Hanbali. Bukan Syiah, Liberal, Wahabi dan lainnya.

3.       Ada banyak pemikiran-pemikiran dan aliran sesat di sekitar kita. Beliau bersama rekan-rekannya  mengadakan penelitian tentang hal ini kurang lebih di Jawa Timur saja ada 1.300 aliran sesat berkembang. Maka tugas para alumni pesantren untuk mengawal ummat supaya memiliki pemikiran yang benar terhadap aqidah Aswaja.

4.       Sifat Wajib bagi Nabi yang kita kenal diantaranya ada 4. Sebenarnya ada lagi yang lain, yaitu hendaknya seorang Nabi itu ‘an yakuna kaamilan fi kholqihi wa khuluqihi’ yaitu sempurna fisik dan mentalnya. Beliau mencontohkan tentang bagaimana sempurnanya kekuatan Nabi Musa as semenjak bayi dan kesempurnaan Baginda Nabi Muhammad .

5.      Allah ta’ala kehendaki Rasulullah terlahir dan hidup di bumi arab bukan karena unsur kebetulan, melainkan ada hikmah besar dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat hadits bahwa Allah telah pilih Kinanah dari bangsa Arab, lalu dipilih Quraiys dari Kinanah, lalu dipilih Bani Hasyim dari Quraisy, lalu dipilih Sayyiduna Muhammad sebagai ‘afdhalul kholqi ‘alal ithlaq’ untuk membawa risalah kenabian. Jadi jika ada yang mengaku bahwa Islam yang terbaik adalah Islam Nusantara di Jawa itu tidaklah benar. Yang benar adalah Islam Nusantara adalah Islam yang baik jika ia mengikuti Rasulullah yang terlahir di arab.

6.      Selama kita berfaham aswaja jangan sampai mudah dibenturkan dan diadu domba oleh perbedaan harakah perjuangan. Kawan-kawan NU, Muhammadiyah, Washliyah, Jamaah Tabligh, dll apapun gerakannya selama sama-sama ahlus sunnah wal jamaah maka perlu saling mengisi dalam usaha membangun ummat dalam rangka li i’laai kalimatillah..

7.      Nasehat beliau kepada para santri agar sukses di pondok dalam rangka mengemban amanah ilmu dan risalah dari Rasulullah, yaitu supaya banyak murojaah Al-Quran dan kitabnya, juga menjaga anggota tubuhnya dari maksiyat. Mata dijaga dari pandangan kepada yang haram, mulut dijaga dari ucapan yang kotor. Dan tentunya senantiasa taat mengamalkan nasehat Kyai dan ustad-ustadnya di pondok.

 




Di akhir majlis sesudah sesi tanya jawab beliau mengajak para hadirin untuk membacakan Fatihah kepada muassis Dar El Wihdah alm KH Abdul Halim Dimyathi dan membaca sholawat Badar. Sebelum perpisahan beliau berpesan kepada Gus  Jamsyid Halim, Lc nanti jika ada para alumni pondok sowan beliau sampaikan saja dari alumni Ponpes Dar El Wihdah Sragen, insya Allah beliau pasti ingat. Nafa’anallahu bi’ulumihi fid daarain. Aamin.

 

Komentar