Faidah dari Allamah Syeikh Abdul Hadi Al-Khersah Al-Azhari







Alhamdulillah pada hari Kamis (7/08/2025) Ponpes Dar El Wihdah menerima kerawuhan rombongan Masyayikh yang disepuhi oleh Syeikh Abdul Hadi Al Khersah As-Syami Al-Azhari. Beliau melakukan safari dakwah ke pesantren-pesantren di Jawa. Turut menyertai beliau saat singgah di Dar El Wihdah yaitu Syeikh Mahir Al-Munajjid, KH Wafi Maimun Zubair, Syeikh Ahmad Sy-Syihabi, Ust Abdul Fathir Kautsar, dll.

Syeikh Abdul Hadi mengulas tentang kajian Bab Mahabbah dari kitab Risalah Al-Qusyairiyyah yang diterjemahkan oleh KH Faiz El Kautsar, Lc dan disimak oleh seluruh hadirin dari para ulama, asatidz, santri-santri maupun masyarakat umum. Majlis ditutup dengan pengijazahan Wirid Nawawi dari beliau kepada seluruh hadirin.

Faidah-faidah penting dari kajian Risalah Qusyairiyyah dalam Bab Mahabbah oleh Fadhilatus Syeikh Abdul Hadi Al-Khersah As-Syami Al-Azhari di Ponpes Dar El Wihdah.

1. Asatidz dan santri di pesantren perlu bersyukur bisa hidup dalam suasana Al-Quran keran sebaik-baik dzikir adalah Al-Quran. Apalagi dibarengi dengan belajar Sunnah-sunnah Rasulullah saw serta belajar praktek siroh Rasulullah saw melalui dakwah ila Allah.

2. Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang cinta untuk jumpa dengan Allah, maka Allah pun cinta untuk jumpa kepadanya (HR Bukhori Muslim). Sebagian ulama memaknai `jumpa` disini adalah kematian, karena kematian itu bagi seorang mukmin adalah perjumpaan dengan Allah ta’ala. Sebagian ulama memaknai `jumpa` disini adalah setiap amal shalih yang ia datangi seperti hadir di majlis ilmu, sholat berjamaah, ziarah orang shalih, ziarah orang sakit, karena yang mendatangi amal shalih hakekatnya dia berjumpa dengan Allah ta’ala, maka Allah pun suka berjumpa dengannya.

3. Nabi saw bersabda : Allah swt berfirman : Barangsiapa yang memusuhi wali/kekasih-Ku, maka Aku umumkan perang terhadapnya. (HR Bukhori)

Wali Allah itu ada 2 macam. 

a. Wali `Aam, yaitu semua ahli Laa Ilaaha Illa Allah, hakekatnya setiap orang mukmin punya kadar kewalian masing2 di dalam dirinya karena kalimah tersebut. Oleh karena itu, Ibnu Arabi rah.a berkata : Janganlah kalian menyakiti Ahli Laa Ilaaha Illa Allah.

b. Wali Khosh, yaitu hamba2 Allah pilihan yang mereka telah sempurnakan yang wajib juga yang sunnah sehingga Allah beri karomah kepadanya. Tidak semua orang bisa mencapai derajat ini.

4. Hamba Allah akan dapatkan cinta Allah jika sempurnakan yang wajib, lalu memperbanyak nawafil/sunnah. Dan nawafil ilmu itu lebih utama daripada nawafil ibadah, karena nawafil imu manfaatnya bukan utuk diri sendiri saja, namun juga utk orang lain.

5. Apabila Allah cinta kepada seorang hamba, Allah panggil Jibril as, lalu Jibril as memanggil semua penghuni langit, lalu turunlah qabuliyah (penerimaan) dari hamba2 Allah yang shalih terhadap orang tersebut (HR Muttafaqun ‘alaih). Tanda seseorang mendapatkan cinta Allah ada 2 :

a. Hamba tersebut diletakkan dalam suasana kebaikan.

b. Hamba tersebut dicintai oleh orang-orang yang shalih.


6. Jika kita belum bisa menjadi orang yang dicintai Allah ta’ala, banyaklah berkhidmat atau berkumpul dengan hamba2 yang dicintai oleh Allah ta’ala. Pastikan nama kita ada di dalam hati mereka, karena Allah memandang hati seseorang, jika nama kita ikut terpandang oleh Allah ta’ala, kita tidak akan merugi. Ada seseorang yang berada dalam majlis dzikir, hanya ikut duduknya saja, maka Allah katakana kepada para malaikatnya : Mereka adalah orang2 yang tidak akan celaka sebab (keshalihan) kawan-kawan duduknya (HR Bukhori Muslim).

7. Tawassulnya ahlus sunnah adalah dengan banyak beristighfar dan meminta doa dari orang2 yang dicintai oleh Allah ta’ala. Sebagaimana sayyidina Umar dan sayyidina Ali ra.huma meminta doa dari Uwais Al-Qarni karena dipesani oleh rasulullah saw. Sebagaimana putra2 Nabi Ya’qub as minta didoakan oleh ayahnya supaya diampuni dosa2nya oleh Allah ta’ala (QS Yusuf : 97).

8. Kemenangan dari Allah/Futuh itu sangat berhubungan dengan orang-orang yang dicintai oleh Allah ta’ala. Nabi saw bersabda saat perang Khaibar : Saya akan berikan panji ini kepada orang yang mencintai Allah dan rasulNya dan dicintai Allah dan RasulNya, dan akan mendapatkan kemenangan/futuh melalui tangannya (HR Muslim). Dan dia adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Futuh itu punya 2 makna :

a. Futuh secara khusus, yaitu diberikan kemenangan dalam peperangan melawan musuh2 Allah ta’ala.

b. Futuh secara umum, yaitu diberi kemenangan dalam membuka hati2 manusia bagi seorang dai, atau membuka akal fikiran dan ilmu bagi seorang santri.

Wallahu a'lamu bish showab.

Komentar