Majelis Wada' Perpisahan Syeikh Muhammad Maqawy Al-Azhary



Para santri dan asatidz Dar El-Wihdah beserta tokoh masyarakat lingkungan pondok bekumppul bersama dalam Majlis Wada’ (perpisahan) dengan Syeikh Muhammad Ahmad Hussein Maqawy Al-Azhary pada hari Ahad tanggal 28 Juni 2020. Syeikh kembali ke Mesir setelah mendapat kabar dibukanya kembali penerbangan internasional ke Mesir.




 
Menghantar beliau ke bandara Adi Sucipto Solo


Selama menyempurnakan masa mengajarnya di Sragen selama 3 tahun di ponpes Dar El-Wihdah syeikh mab’uts dari Al-Azhar university tersebut telah banyak memberikan nasehat berharga tentang ilmu, dakwah, Al-Quran, akhlak kepada para santri asatidz dan masyarakat Sragen. Begitu pula beliau memberikan kajian keislaman dalam safari dakwah beliau ke berbagai kota di Indonesia seperti Solo, Sukoharjo, Jogja, Kota Batu, Bogor, Jakarta hingga Pulau Belitung. Banyak pengalaman berharga selama mulazamah dengan beliau. Seorang guru yang tak kenal lelah dalam menyampaikan ilmunya.

Dalam majlis wada beliau memberikan nasehat, “Ibadah yang paling mulia itu adalah jabrul khowatir, yang artinya memahami dan tanggap perasaan orang lain. Oleh karena itu di dalam surat Al-Ma’uun ketika Allah ta’ala menanyakan tentang orang yang mendustakan agama, yang disebut pertama kali bukanlah golongan orang yang melalaikan shalat, meski sholat itu juga fardu yang wajib dijaga, namun Allah memulai dengan orang yang menghardik anak yatim, tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, yang tidak memahami sesama manusia. Dan yang saya dapatkan di ponpes Dar El-Wihdah ini semuanya ahli jabrul khowatir.”

Majlis diawali dengan pembacaan maulid, lalu sambutan dan kesan pesan dari mudir pondok KH Adrian Juanan, perwakilan santri oleh Ahmad Maulana asal Jakarta, perwakilan sesepuh dakwah Sragen oleh KH Rohani Syamsudin dan perwakilan tokoh masyarakat oleh Bp Drs.Wardoyo. Kemudian dilanjutkan dengan nasehat akhir dari syeikh mab’uts, pembacaan gubahan syair arab yang berjudul ‘Sir Yaa Sayyidi Li Khoiri Wijhah’ untuk beliau dari Al-Mu’allim Al-Adib Ust Nizamuddin, Lc dan diakhiri dengan doa dari syeikh disertai dengan tangis haru perpisahan.

Semoga Allah tanamkan rasa cinta karena Allah, berjumpa karena Allah, berpisah karena Allah. Seorang penyair sufi pernah berkata : “Ucapan selamat tinggal hanya untuk mereka yang mencintai dengan mata mereka. Karena bagi mereka yang mencintai dengan hati dan jiwa, tak kan ada yang namanya perpisahan!”

 


 

Komentar