Asyuro, Hari Berbagi Kebahagiaan

 

Pondok Pesantren Dar El Wihdah menggelar acara Pembacaan Dzikir Asyuro sekaligus acara Santunan Anak Yatim dan Dhu’afa untuk memperingati hari Asyuro pada Senin (08/08/2022) bertepatan pada tanggal 10 Muharrram 1444 H.




Acara dimulai pada jam 4 sore dengan diawali dengan pembacaan surat Al-Ikhlas 1000 x dan Hasbalah 70 x dilanjutkan dengan doa Asyuro yang dipimpin oleh Gus Bilal Halim Al-Hafidz. Kemudian dilanjutkan dengan nasehat yang disampaikan oleh Gus Nidzamuddin Aulia, Lc.

Di dalam nasehatnya Gus Nidzam menyampaikan tentang esensi dari hari Asyuro, hari dimana nushroh/pertolongan Allah diturunkan kepada para Nabi, yang dimana para Nabi pada saat dalam kondisi butuh, mereka merasa cukup dengan Allah. Oleh karena itu pada hari Asyuro kita memperbanyak baca Hasbalah untuk memahamkan diri bahwa pada kondisi apapun  semua akan menjadi cukup jika kita dapatkan Allah. Cukup bagiku Allah, Dialah sebaik-baik wakilku...

Sebelum acara diakhiri, Gus Jamsyid Halim, Lc mewakili dewan pengasuh pondok menyalurkan bantuan santunan anak yatim dan dhuafa kepada 25 anak dari kalangan santri maupun masyarakat sekitar. Beliau juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para panitia dan donatur yang telah berpartisipasi dalam terselenggaranya acara yang mulia ini. Kegiatan ini dibuat untuk memupuk rasa kepedulian dan rasa saling berbagi terhadap siapapun terutama anak yatim dan dhuafa dalam rangka mencari ridlo Allah ta'ala.

Acara diakhiri dengan buka bersama para asatidz dan santri setelah selama sehari menahan haus dan lapar di hari Asyuro, santapan nikmat  menu Nasi Nila Bakar dari Resto Kuwung. Para santri juga saling berbagi hadiah Asyuro satu sama lain dengan penuh rasa kebersamaan. Alhamdulillah acara berjalan dengan khidmat dan lancar.


Rasulullah saw sabdakan :

من وسع على عياله في يوم عاشوراء وسع الله عليه في سنته كلها

Artinya, “Orang yang melapangkan keluarganya pada hari Asyura’, maka Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun tersebut,” (HR At-Thabarani dan Al-Baihaqi).

 

Komentar