Kajian tentang Sifat Seorang Da'i oleh Syeikh Ahmad Khotib Asy-Syami




Pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2022 Pondok Pesantren Dar El Wihdah kembali mendapat kehormatan dengan rawuhnya Syeikh Ahmad Khotib Asy-Syami beserta para asatidz dari ponpes Al-Ikhlas Sukoharjo yang berjumlah 11 orang. Rombongan ke Dar El Wihdah dalam rangka silaturahmi alim ulama dan pesantren yang ada di wilayah Surakarta khususnya.

Pada kesempatan tersebut, pengurus pondok memberikan kesempatan kepada Syaikh Ahmad Khotib untuk memberikan nasehat kepada seluruh asatidz dan santri di Masjid Bilal ra. Beliau memberi kajian tentang “Sifat-sifat Seorang Daa’i Ila Allah”.
  




Di antara rangkuman pelajaran dari beliau :

1. Seorang muslim perlu memahami bahwa dakwah mengajak manusia kepada Allah itu hukumnya fardlu ‘ain. Karena setiap pribadi muslim memilki tangung jawab atas keadaan ummat, dimulai dari lingkup keluarga sampai lingkup seluruh manusia di dunia.

2. Seorang da’i jangan sampai terkesan dengan dunia dalam dakwahnya. Para sahabat r.anhum, murid-muridnya Rasulullah saw bergerak ke seluruh dunia mendakwahkan agama tidak mengharap imbalan yang bersifat keduniaan apapun, seperti imbalan materi, popularitas, dll. Mereka sangat jauh dari keinginan tersebut. Bahkan mereka korbankan harta dan keduniaannya demi tersebarnya agama.

3. Ada kalanya orang alim yang sudah faham kebenaran agama, tetapi ikut mendustakan agama karena segepok sogokan materi. Seperti kisah Al-Walid bin Mughiroh ketika ditanya tentang ayat yang dibacakan Rasulullah saw di hadapan kafir Quraisy. Ia ahli syair, ahli bahasa, dan benar-benar tahu bahwa Al-Quran itu bukan buatan Muhammad. Dia mengakui dalam hati bahwa Al-Quran yang sangat tinggi nilai sastranya tidak mungkin dikarang oleh manusia biasa. Tapi ketika dia mulai yakin, kafir Quraisy mendatanginya supaya katakan bahwa itu adalah sihir dan Muhammad adalah tukang sihir dengan imbalan segepok harti di’sogok’kan kepada dia. Dan dia pun menerimanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam surat Al-Muddatsir 18 sd 25 :


 إِنَّهُۥ فَكَّرَ وَقَدَّرَ ١٨ فَقُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ ١٩  ثُمَّ قُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ ٢٠  ثُمَّ نَظَرَ ٢١ ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ٢٢  ثُمَّ أَدۡبَرَ وَٱسۡتَكۡبَرَ ٢٣  فَقَالَ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ يُؤۡثَرُ ٢٤ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا قَوۡلُ ٱلۡبَشَرِ ٢٥

Artinya :


18. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) 19. maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? 20. kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? 21. kemudian dia memikirkan 22. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut 23. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri 24. lalu dia berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu) 25. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia"


 

4.       Seorang da’i perlu memiliki sifat sabar dalam setiap rintangan, karena sunnatullah dalam dakwah pasti akan ada rintangan.

5.       Seorang da’i perlu memiliki sifat ihtisab, yaitu dalam dakwahnya hanya mengharap imbalan dari Allah, bukan manusia.

6.       Seorang da’i perlu memiliki sifat istiqomah, karena kesuksesan seseorang ada di dalam istiqomahnya, bukan semangat sesaat lalu tinggalkan usahanya.

Dalam kajiannya Syeikh Khotib berpesan kepada seluruh santri supaya meniatkan thalabul ilminya di pondok salah satunya untuk nantinya supaya bisa bergerak di dalam dakwah islam li i’laai kalimaatillah..






Komentar