MENGAMBIL BERKAH DARI BULAN RAJAB 1443 H DAN KHATAMAN SHAHIH BUKHORI


Bulan Rajab bulan suci yang dimuliakan. Pahala amal dilipatgandakan, begitu juga kemaksiatan di dalamnya, dosanya pun dilipatgandakan. Alhamdulillah berkat taufiq dari Allah ta’ala, Pondok Pesantren Dar El Wihdah telah memulai untuk pertama kalinya menghidupkan tradisi Khataman Kitab Shahih Bukhori pada bulan Rajab 1443 H. Pembacaan Shahih Bukhari yang terdiri dari 7.275 hadits, 100 kitab/chapter dan 3.450 bab telah dimulai pembacaannya sejak bulan Syawal 1442 H oleh santri kelas terakhir Marhalah Ta’lim Ali di pondok. Ikhtitamnya dibuat di bulan Rajab 1443 H sekaligus diacarakan bersama peringatan Isro Mi’rojnya baginda Rasulullah ﷺ.


Acara majlis Khataman Kitab Shahih Bukhori dan Peringatan Isro Miroj 1443 H yang diselenggarakan di masjid Bilal ra Kuwungsari hari Rabu, 2 Maret 2022 bakda Isya berjalan dengan khusyu dan lancar. Diawali dengan sambutan dari KH Adrian yang menjelaskan tentang fadhilah dikhatamkannya kitab Shohih Bukhori. Beliau menukilkan kalamnya Al-Hafidz Abu Muhammad Ibnu Abi Jamroh (w.699 H) di dalam kitabnya Mukhtashor Shahih Bukhori :

كان الإمام البخاري رحمه الله تعالى من الصالحين، وكان مجابَ الدعوة، ودعا لقارئه، وقد قال لي من لَقِيتُه من القُضَاة الذين كانت لهم المعرفة والرحلة، عمن لَقِيَ من السادة المُقَرِّ لهم بالفضل: إن كتابَه ما قُرِئَ في وقت شدَّة إلا فُرِّجَتْ، ولا رُكِبَ به في مركب فغرقت قط] اهـ

“Adalah Imam Bukhori rah.a termasuk orang yang sholih, doanya mustajab. Beliau mendoakan orang yang membaca kitabnya. Saya banyak berjumpa dengan para hakim yang luas wawasannya karena banyaknya safar mereka, mereka berjumpa dengan ulama-ulama yang diakui keilmuannya di berbagai wilayah. Kesimpulan dari para ulama  bahwa kitab Imam Bukhori ini tidaklah dibaca pada waktu susah, melainkan Allah swt akan angkat kesusahannya, dan tidaklah kitab itu dibawa ke sebuah kapal, melainkan kapal tersebut tidak akan tenggelam (karena keberkahannya).”

Lalu dilanjutkan dengan pembacaan awakhir hadits Bukhori yang dibacakan oleh santri Dauroh Hadits yang bernama Syarif Aiman Lubis dari Australia beserta para asatidz yang ikut tabarrukan dengan hadits dalam kitab tersebut. Sebelumnya juga dibacakan adab-adab sima’ hadits yang dinukilkan dari kitab karangan Gus Ahmad Dzulfaqar, Lc yang berjudul Shofwatul La’aali Al-Mantsuroh.

Setelah pembacaan hadits terakhir dari kitab Shahih Bukhori, Gus Faiz El Kautsar membacakan sislsilah sanad beliau dalam kitab Shohih Bukhori yang beliau ambil dari guru beliau Syeikhul Hadits Maulana Jamsyid Ali Khan rah.a yang merupakan ulama sepuh Markaz Raiwind yang dari jalur beliau sampai ke Rasulullah ﷺ terdapat 25 syeikh perowi. Lalu Gus Faiz membacakan lafaz ijazah kepada santri Dauroh Hadits dan mewasiatkan untuk taqwa kepada Allah ta’ala.

Doa khataman dipanjatkan oleh beliau Pakar Ilmu Qiroat dari Syam Syeikh Mahir Al-Munajjid As-Syami hafidzahullah dan yang kedua oleh sesepuh Ponpes Dar El Wihdah KH Rohani Syamsudin, BA, nampak para hadirin khusyu dan syahdu mengamini doa tersebut. Acara dilanjutkan dengan pembacaan Syair berbahasa arab yang digubah oleh Gus Nizamudiin Aulia, Lc berkenaan dengan kemuliaan hadits Nabi ﷺ dan ahli hadits. 



Penceramah pada malam hari tersebut diisi oleh beliau Al-Habib Umar bin Hussein As-Segaf dari Masjid Ar-Riyadh Solo. Beliau menjelaskan tentang pentingnya bersanad dalam ilmu agama, pentingnya mencari guru yang benar-benar jelas keilmuannya dan ketaqwaannya. Beliau jelaskan bahwa Imam Bukhori rah.a memilah hadits2 untuk dimasukkan di dalam kitabnya melalui proses ketelitian ilmiah yang luar bisa. Jalur guru perawi yang diambil oleh Imam Bukhari rah.a dalam kitabnya dipilih yang benar-benar `adil (agamanya baik) dan dhobit (kecerdasannya baik), dan untuk menyelidikinya butuh waktu yang sangat panjang. Belum lagi tirakatnya Imam Bukhori dalam menuliskan hadits. Setiap hadits yang beliau tuliskan dalam kitabnya diistikhorohi terlebih dahulu supaya mendapat bimbingan dari Allah dan Rasulullah ﷺ. Jika jumlah hadits dalam kitab Bukhori berjumlah 7.000an, maka tirakat beliau untuk penulisan kitab itu tak lepas dari 14.000an rokaat sholat yang ditunaikan. Subhanallah. Lalu Habib Umar melanjutkan ceramahnya tentang kisah Isro’ dan Mi’roj.

Akhir majlis dilantunkan kasidah sholawat yang berjudul Syair Nasehat untuk Abdillah karangan Tua Dimyathi Masykur Al-Baweany, ayah kandung dari pendiri ponpes Dar El Wihdah. Suasana ta’dzim, haru, tangis, bahagia berkumpul menjadi satu pada malam hari yang barokah tersebut. Al-Habib Umar pun berbisik kepada salah satu ustadz, “Majelis seperti ini harus terus berulang di pondok ini”. Syeikh Mahir pun juga meminta supaya setiap kali ada majelis penuh barokah seperti ini supaya beliau dikabari. Wa lillahil hamd.

Link Youtube : https://youtu.be/Y8QW9KarHQ4

Komentar