Ahlullah Melihat dengan Bashiroh, Bukan Bashor

(Petikan bayan Almarhum KH Abdul Halim Dimyathi saat Musyawarah Indonesia tahun 2006)

 


Kerja dakwah yang mulia ini dilirik oleh orang yang setia kepada Rasullullah ﷺ dan orang yang dicintai oleh Allah Swt. Bukan dilirik oleh mata dzohirnya (bashor), tetapi di lirik oleh mata batinnya (bashiroh). Ketika dilirik oleh mata batinnya, maka sebagaimana yang dinyatakan sendiri oleh Allah Swt :

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Inilah jalanku, yaitu mengajak (manusia) kepada Allah, jalanku danjalan orang-orang yang mengikutiku, dengan bashiroh, Maha Suci Allah, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik" (Ath-Thalaq : 108)

‘Qul hadzihi sabili’ yang artinya ‘Katakanlah wahai Muhammad! Ini adalah jalanku’ (jalan hidup Rasullullah ﷺ). Apa jalan hidup Rasullullah ﷺ ? Apakah jalan perdagangan? Jalan pertanian? Jalan industri? Tidak! Melainkan ‘ad’uu illallah’ yang artinya ‘mengajak manusia taat kepada Allah’. (Ad’un naas artinya mengajak manusia).

Umat ini menjadi hebat karena dikeluarkan untuk manusia. Tugas dakwah ini untuk mengajak manusia. Ini mengajak manusia saja belum selesai kita dakwahi, kita sudah tergesa-gesa mau dakwah mengajak jin. Jangan tergesa-gesa! Sempurnakan dakwah kita kepada manusia, nanti ada masanya jin akan ikut sendiri.

Bagaimana cara dakwah kita ? ‘Ala bashirotin’ yaitu dengan mata hati. Ada dua jenis penglihatan : 1. Mata yang ada di luar ini adalah bashor, 2. Mata yang ada di dalam qalbu atau hati kita ini adalah bashiroh.

Jika orang sudah memandang dengan pandangan hati ini maka ia akan mendapatkan fadhilah ‘Ilmun taamm’ atau ilmu yang sempurna. Maka untuk memahami perintah-perintah Allah ini tidak bisa dengan menggunakan kecerdasan yang ada dalam otak saja, melainkan dengan mata hati kita. Jika mata hati ini sudah bertaqwa maka yang akan keluar adalah sinar ketaqwaan. ‘At-taqwa haa huna...’ 3 kali, kata Rasullulah ﷺ.

Jika kita sudah bertaqwa kepada Allah maka kita harus ikut tertib yang diperintah oleh Allah Swt dan ikut caranya Rasullullah ﷺ. Allah Swt berfirman :

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُۗ

Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajari kalian. (Al-Baqoroh : 282)

Jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah sendirilah yang akan mengajarkan ilmu kepada kita. Maka jika Allah ingin mengajarkan, maka tidak akan ada sesuatu yang sulit ataupun rumit. Sehingga kita bisa paham saat itu juga sebagaimana kepahaman orang-orang yang sudah mendapatkan ridho Allah Swt, yaitu para sahabat RA.

Fikir para sahabat ini adalah bagaimana mereka bisa mentransfer kehidupan Nabi ﷺ kedalam dirinya dan kehidupannya secara kaaffah, 100%. Kisah tentang kecintaan Salman RA terhadap sunnah Nabi ﷺ :

Suatu ketika Nabi ﷺ mengajak Salman RA berjalan-jalan ke atas bukit. Salman RA melihat Nabi ﷺ mematahkan sebuah ranting lalu menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Nabi ﷺ berkata kepada Salman RA, “Wahai Salman, mengapa engkau hanya melihat saja dan tidak menanyakan mengapa aku melakukan ini?” Maka Salman langsung mengikuti daripada perintah Rasullullah ﷺ, “Ya Rasullullah mengapa engkau melakukan itu ?” Nabi ﷺ menjawab,“Wahai Salman, ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya berguguran sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.”

Setelah wafatnya Rasullullah ﷺ, Salman RA merindukan sesuatu yang dilakukan Rasullullah ﷺ, namun belum dikerjakannya. Maka Salman RA mengajak sahabatnya untuk pergi ke bukit, ke tempat dimana Rasullullah ﷺ pernah mengajaknya. Ketika itu Salman RA melakukan dengan sempurna 100% dari gaya, cara, posisi, yang dilakukan Rasullullah ﷺ ketika itu yaitu mematahkan ranting lalu menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Sama seperti saat bersama Nabi ﷺ.

Salman RA bertanya kepada kawannya Abu Sulaiman, “Wahai Abu Sulaiman, mengapa engkau hanya melihat saja dan tidak menanyakan kenapa aku melakukan ini ?” Maka Abu Sulaiman pun bertanya sebagaimana Salman bertanya ketika bersama Rasullullah ﷺ, “Wahai Salman, mengapa engkau melakukan itu ?”

Salman berkata kepada sahabatnya,“Wahai Abu Sulaiman, ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya berguguran sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.”

Waktu atau kurun boleh berlalu, tahun boleh berganti, tetapi sunnah Rasullullah ﷺ harus hidup sampai kehidupan ini berhenti. Hari ini kehidupan dan jalan Rasullullah ﷺ ada di depan mata kita, namun bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata hati kita? Kalau kita hanya melihat dengan mata dzohir kita, maka ia tidak akan mampu menangkap kemuliaannya.

Mata dzohir kita ini rentan sama tipuan dzohiriah yang bisa berubah-rubah kenyataannya. Sehingga sunnah daripada Rasullullah ﷺ menjadi tidak nampak karena melihat ada yang lain yang lebih baik secara dzohiriah. Padahal yang baik menurut pandangan mata belum tentu baik untuk kita. Inilah ujian bagi kita. Semua yang kita lihat ini adalah imtihan, ujian bagi ini ummat.

Maka setan ini sangat pandai mengalihkan pandangan kita, yaitu dengan : 1. Dimunculkan keindahan terhadap sesuatu yang terlihat oleh mata dzohir, 2. Dimunculkan kebosanan kita terhadap kerja yang mulia ini.

Dalam waktu sebentar saja, kita sudah mengucapkan selamat tinggal terhadap kerja yang mulia ini asbab tertipu oleh pandangan dzohir yang seakan-akan indah yang dibuat oleh setan la’natullah alaih. Kita tinggalkan jalan daripada Rasullullah ﷺ menuju ke jalan yang kita lihat menarik secara pandangan mata dzohiriah ini. Maka jika dengan demikian yang terjadi, kelak kita baru tahu bahwa kita sudah terjerumus menjadi pecinta-pecinta yang palsu tadi.

Komentar

  1. ما شاء الله تبارك الرحمن ... ما أحسن ما تقول يا شيخنا
    رحمه الله رحمة الأبرار ونفعنا ببركة علومه في الدارين
    آمين يا مجيب السائلين

    BalasHapus

Posting Komentar