Fikir Agama Memberi Kesan, Meski dari Wanita di dalam Rumah!

 (Petikan bayan Almarhum KH Abdul Halim Dimyathi saat Musyawarah Indonesia tahun 2006)


Adalah Rabi’ah Al-`Adawiyah. Seorang wanita tetapi dia membawa fikir dakwah ila Allah, maka dia tidak akan terkesan dengan pandangan-pandangan dzohir, walaupun dia miskin tidak memiliki apa-apa di rumahnya. Wanita ini selain menjadi da’iyah, dia tidak akan terkesan kepada pesona-pesona keduniaan yang menyebabkan dia keluar rumah. Dia tidak akan terkesan dengan kebendaaan yang indah-indah, bahkan dia tidak akan memasukkan kebendaan yang indah-indah dipandang mata tersebut kedalam rumahnya. Melainkan dia akan hiasi rumahnya dengan amalan-amalan seperti tasbihat, dzikir, tilawat, tahajjud.

Bagi orang yang biasa menghidupkan amalan ini, ketika dia melihat benda maka dia akan melihat itu sebagai suatu amalan. Jika ada takaza mengorbankan benda tersebut di jalan Allah, tidak sulit baginya mengorbankannya. Sehingga benda-benda tersebut berubah dari maal (materi) menjadi suatu amalan. Inilah perbedaan antara ahlul maal dan ahlul amal.

Maka suatu saat rumah yang dihuni oleh wanita dai’yah ini dilirik oleh kalangan pencuri sebagai rumah yang mudah untuk dijadikan target pencuriannya. Maka masuklah pencuri tersebut kerumah wanita tadi. Namun asbab sifat wanita tersebut yang betul-betul dermawan, apabila ada orang lain masuk ke rumahnya maka akan dia jamu. Namun kali ini yang masuk adalah seorang laki-laki yang maling. Sehingga dari balik tirai hijab, yang memisahkan pandangan atau tempat laki-laki dan perempuan, si wanita ini memandang dengan mata hatinya. Sehingga wanita ini tau apa yang diinginkan daripada si pencuri tadi.

Maka si wanita ini katakan dari balik hijab, “Wahai pemuda, sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan apa yang engkau cari di dalam rumah ini, namun di sebelah kananmu itu ada kendi yang berisi air, berwudhulah lalu sholatlah dua rekaat, mintalah kepada Allah, maka Allah akan memberikan apa yang kamu cari disini.” Mendengar suara dari wanita sholihah ini mampu membuat seorang laki-laki ini ketakutan.

Inilah bahwa suara dari seorang perempuan yang mampu menundukkan seorang laki-laki. Sehingga si maling ini mengambil air dari kendi tersebut dengan penuh ketakutan untuk berwudhu dan sholat dua rekaat. Ketika si maling ini sholat, si wanita inipun berdoa : “Ya Allah, telah masuk ke rumahku seorang pemuda, untuk mencari sesuatu yang dia tidak dapatkan disini. Ya Allah, kini pemuda tersebut, sedang mengetuk pintu rahmatMu, maka berikanlah apa yang dia cari dan bukakanlah pintu rahmatMu.”

Sebelum pemuda maling tadi mengucapkan salam, serta merta terdengar ketukan pintu dari luar rumah wanita tadi. Maka si wanita tersebut bertanya : “Siapa gerangan diluar ?” Si pengetuk pintu tadi menjawab, “Saya adalah utusan raja, saya diperintahkan raja untuk membawa hadiah yang banyak untukmu. Harap diterima pemberian ini.” Maka wanita tersebut menjawab, “Jika hadiah itu berupa kebendaan-kebendaan maka jangan masukkan ke rumahku, karena aku sudah terbiasa tidak membawa kebendaan-kebendaan masuk ke dalam rumahku. Letakkan saja di depan halaman rumahku!”.

Maka si wanita tadi berkata kepada pemuda maling tersebut, “Wahai pemuda yang masuk ke rumahku, sesungguhnya engkau sudah mengetuk pintu Allah Swt, sekarang lihatlah apa yang Allah telah kirimkan kepadamu. Di depan pintu halamanku engkau bisa mencari apa yang engkau inginkan.” Maka ketika si pemuda pencuri ini keluar dari rumah, dia dapatkan didepan rumah harta yang sangat banyak diberikan dari kerajaan di depan matanya.

Melihat ini si pemuda langsung menangis, “Kenapa selama ini saya selalu mengambil hak orang lain dengan cara menyusahkan mereka, padahal dengan sholat dua rekaat saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan.” Sesal pemuda pencuri tersebut. Inilah kisah da`iyah seorang wanita waliyullah, yang bernama Rabi’ah Al-`Adawiyah.

Inilah suara dakwah dari seorang wanita ini mampu menyebabkan seorang pencuri berubah menjadi seorang wali. Inilah kehebatan daripada dakwah. Namun kita tidak pernah menyadari ataupun memahami peristiwa ini. Kita tidak pernah bermudzakaroh mengenai hal seperti ini. Jadi kekuatan daripada dakwah ini luar biasa! Hebatnya ini ummat, cantiknya ini ummat, bukanlah karena ibadahnya saja, melainkan Allah nyatakan dalam Al Quran :

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imron : 110)

‘Kuntum khaira ummatin’ yang artinya kalian adalah ummat yang terbaik. Allah nyatakan disini kita ini adalah The Best Ummah, ummat yang terbaik, tidak ada ummat yang lebih baik dari ummat ini. Ummat yang paling baik melebihi ummat-ummat terdahulu. Jadi kalau ada orang yang menanyakan : “Kenapa kamu mau ikut khuruj-khuruj seperti itu ?” Maka kita harus berani dan tegas mengatakan, “Kenapa saya tidak mau mengambil yang terbaik? Ini adalah yang terbaik.” Dengan ketegaran yang seperti ini, maka kerja ini akan menampakkan manfaat bagi kita. Dakwah ini adalah induk dari semua hasanaat, dan kerja-kerja agama yang lain itu adalah buah dari kerja dakwah ini.

Allah Swt lanjutkan dalam firmannya ‘ukhrijat linnaasi’ yang artinya yang dikeluarkan untuk semua manusia. Disini Allah mengatakan ‘ukhrijat’ bukan ‘khorajat’, dalam ilmu nahwu maksudnya adalah kalau ‘khorajat’ berarti kita sendiri yang keluar, tetapi ini ‘ukhrijat’ yang artinya dikeluarkan. Berarti ada yang mengeluarkan. Siapa? Dialah Allah Swt!

Komentar