Wahai Kekasih Allah, Jangan Terkesan dengan Keadaan!

(Petikan bayan Almarhum KH Abdul Halim Dimyathi saat Musyawarah Indonesia tahun 2006)


Allah Swt menciptakan kehidupan bagi manusia, secara urut Allah Swt menghadirkan manusia ke alam dunia ini sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan dari Allah Swt. Lalu Allah Swt ciptakan sekian banyak kehidupan. Dan kehidupan yang paling disukai Allah swt dari sekian banyak kehidupan manusia adalah kehidupan Rasullullah Saw.

Maka barangsiapa, siapapun itu, orang kaya atau orang miskin, orang pintar atau orang bodoh, pejabat atau rakyat jelata, orang sehat atau orang sakit, orang kaya atau orang miskin, orang desa atau orang kota, jika dia mengamalkan daripada kehidupan Rasullullah saw, maka dia akan berubah menjadi kekasih-kekasih Allah.

Seorang kekasih Allah, seseorang yang dicintai Allah, maka doa-doanya akan diijabah di sisi Allah. Seorang kekasih Allah ini, dia tidak akan terkesan kepada keadaan, tidak pernah merasa takut, dan tidak akan pernah merasa sedih. Jadi kalau ada berita-berita yang dahsyat datang kepada dirinya, maka ini tidak akan membesarkan daripada hatinya. Jika dia kehilangan sesuatu yang dicintainya, yang sudah melekat lama dengan dirinya, maka dia pun tidak akan merasa sedih. Inilah ciri-ciri daripada kekasih Allah.

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٦٢

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (Yunus : 62)

Ketahuilah bahwa kekasih-kekasih Allah swt hanya punya dua ciri saja ; 1. Tidak pernah takut, 2. Tidak pernah susah hatinya. Maka apabila kehidupan kita pada saat ini diliputi oleh ketakutan dan kesedihan. Ada berita bencana kita takut, penyakit menyebar kita takut, berita begini dan begitu kita takut, ada kehilangan kita sedih, ada kejadian begini dan begitu kita sedih. Maka ketakutan dan kesedihan ini obatnya hanya satu yaitu ikuti kehidupan Rasullullah Saw.

Hari ini orang-orang diliputi ketakutan, salah satunya ketakutan akan penyakit. Berita tentang penyakit yang macam-macam. Mari kita lihat rumah sakit dan klinik-klinik penuh dengan pasien-pasien. Mereka dihantar kesana, dengan rasa ketakutan ataupun rasa kesedihan. Akan tetapi yang namanya penyakit kalau di alam dunia, bukanlah suatu penyakit yang hakiki.

Pernah seorang Nabiyullah, Ayyub AS, pernah di uji oleh Allah Swt dengan penyakit selama 18 tahun sakit di alam dunia. Allah Swt uji Nabi Ayub as dengan sejenis penyakit kulit yang menjijikkan, sehingga menyebabkan dia di usir dari kampung halamannya. Asbab kesabaran Ayyub AS, Allah puji beliau di dalam Al Quran :

إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرٗاۚ نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٞ ٤٤

“Saya telah menemukan Ayub AS ini dalam keadaan sabar dengan penyakitnya, terusir dari kampungnya, maka senikmat-nikmatnya (sebaik-baiknya) hambaku adalah Ayub AS. Sungguh dia sangat taat.” (Shad : 44)

Allah Swt menyatakan demikian ‘ni’mal ‘abdu’ yang artinya senikmat-nikmatnya hamba. Ini asbab beliau ingin kembali kepada Allah Swt, ‘innahu awwab’, rindu kepada Allah Swt. Selama 18 tahun sakit, bukan sekedar harian, mingguan, atau bulanan, tapi bertahun-tahun. Maka gelar yang dicapai oleh seorang hamba yang sabar yang diuji dengan penyakit ini adalah ‘ni’mal ‘abdu’ yaitu senikmat-nikmatnya hamba.

Sedangkan kita hari ini masih sehat, maka gelar apakah yang Allah berikan untuk kita? Ini masih tanda tanya. Apa sebabnya ? karena hari ini kita masih takut dengan keadaan dan sedih dengan keadaan. Padahal yang namanya penyakit ini bukanlah yang katanya penyakit liver, ginjal, jantung, atau diabetes, tetapi yang namanya penyakit adalah dosa yang melekat pada diri kita.

Ini karena orang yang berpenyakitan di dunia jika dia mati maka selesai sudah penyakitnya. Coba kita lihat kuburan yang berserakan sekarang! Adakah mereka yang sudah mati membawa penyakitnya ke alam kubur, penyakit livernya, kankernya, ginjalnya? Tidak ada! Semuanya sudah ditinggalkan dan dipisahkan oleh kematian. Penyakit tersebut hilang bersama maut yang menjemput dia, selesai sudah penyakitnya.

Akan tetapi kalau dosa, suatu penyakit, yang apabila kita tidak obati ketika kita masih hidup, maka penyakit ini akan kita bawa terus ke alam kubur, ke alam mahsyar, dan ke hari-hari di akherat lainnya yang tidak ada putus-putusnya. Dan orang yang mengobati dosa ketika dia masih hidup, maka dia akan kembali ke tempat yang baik, karena balik ke akhirat tanpa membawa penyakit.

Komentar